By : Wegi Dwi Sapto
Dan pertemuan itupun terjadi tepat pada
pergantian musim kemarau menjadi hujan....
Bermalam kemarau perjalanan
pada aliran Musi yang pelan
dan kapal malam yang berlayar perlahan
kubawa berbongkah rindu dan cinta tersilam
kubawa berlari,
menghampiri gadisku yang telah lama duduk sendiri
kita sama-sama lapar…
lapar melepas kerinduan yang tertahan.
Kita telah sama-sama jenuh.
jenuh menyususun keping demi keping penantian
Duhai Dinda gadis perawan.
Musi telah memilih aku dan kau tuk berhadapan.
dan tuhan,
telah mendengar puisiku dan menurunkan tangan.
dengan tangan-Nya Ia turunkan hujan.
membasuh ‘kemarau milik kita’ yang telah lama berkepanjangan.
Dindaku,dindaku…
pada saat engkau kangen dan hujan.
aku telah menepati janji tuk datang.
dan jalan menuju rumahmu.
masih kan tetap basah saat ku berjalan pulang.
Tanjung enim, 15-09-2011, 08:36 PM
Tidak ada komentar:
Posting Komentar